Selasa, 12 Maret 2013

Mutu Pelayanan Kebidanan

Diposting oleh ernawati di 12.28
  1. Definisi Mutu
Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa, yang di dalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna. Mutu merujuk pada tingkat kesempurnaan dalam memberikan kepuasan pada pengguna layanan (Din ISO 8402 ; 1986).
Mutu adalah tingkat dimana pelayanan kesehatan pasien mendekati hasil yang diharapkan dan mengurangi faktor-faktor yang tidak diinginkan (JCAHO ; 1993).
Mutu adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (Gaspersz ; 1997).
  1.  Pengertian Mutu Pelayanan Kebidanan
Mutu pelayanan berarti suatu empathi, respek dan tanggap akan kebutuhannya, pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan mereka diberikan dengan cara yang ramah pada waktu mereka berkunjung.
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga yang berkualitas.
Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang diberikannya dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga berkualitas, bahagia dan sejahtera.
Mutu pelayanan kebidanan adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kebidanan, yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi kebidanan yang telah ditetapkan.

  1. Pentingnya Mutu Pelayanan Kebidanan
Layanan kebidanan yang bermutu adalah suatu layanan kebidanan yang dibutuhkan, dalam hal ini akan ditentukan oleh profesi layanan kebidanan, dan sekaligus diinginkan baik oleh pasien/klien ataupun masyarakat serta terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Berdasarkan salah satu pengertian mutu sebelumnya, mutu pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Makin sempurna kepuasan klien, maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan. Dengan begitu, pasien/klien akan merasa nyaman dan akan menarik minat pasien/klien untuk datang kembali. Tidak hanya sampai di situ, didukung oleh faktor lingkungan, dengan mutu pelayanan yang baik akan menarik pasien/klien lebih banyak lagi untuk datang ke klinik atau tempat praktik milik kita. Mutu menekankan pada kepuasan. Kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingka penampilan atau outcome atau hasil yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang (Philip Kotler).
Berkaitan dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan bersifat subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Sekalipun pelayanan kebidanan telah memuaskan klien, tetapi masih banyak ditemukan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar profesi dan kode etik. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan pembatasan, yaitu:
a. Pembatasan pada derajat kepuasan pasien
Pengukuran kepuasan dilakukan tidak secara individual, tetapi yang dipakai adalah kepuasan rata-rata. Pelayanan kebidanan bermutu apabila dapat memuaskan rata-rata klien
b. Pembatasan pada upaya yang dilakukan
Pelayanan kebidanan yang menimbulkan kepuasan harus memenuhi kode etik dan standar pelayanan kebidanan.
Dalam lingkup yang luas, untuk mendapatkan kepuasan dari suatu mutu, dilakukan prosedur sebagai berikut :
1.   Perencanaan Mutu
Suatu mutu seharusnya direncanakan atau dirancang, yang terdiri atas tahap-tahap sebagai berikut :  
  • Menetapakan (Identifikasi) siapa pelanggan. 
  • Mengembangkan proses yang mampu menghasilkan keistimewaan produk.
  • Mengarahkan perencanaan ke kegiatan - kegiatan operasional.
2.   Pengendalian Mutu
Kontrol mutu adalah proses deteksi dan koreksi adanya penyimpangan atau perubahan segera setelah terjadi, sehingga mutu dapat dipertahankan. Langkah Kegiatan yang dikerjakan, antara lain :
  • Evaluasi kinerja dan kontrol produk.
  • Membandingkan kinerja aktual terhadap tujuan produk.
  • Bertindak terhadap perbedaan atau penyimpangan mutu yang ada.
3.   Peningkatan Mutu
Peningkatan mutu mencakup dua hal yaitu :
Fitness for use (mengurangi tingkat kecacatan) dan kesalahan Kegiatan-kegiatan peningkatan mutu :
  • Mengadakan infrastruktur yang diperlukan bagi upaya peningkatan mutu.
  • Identifikasi apa yang perlu ditingkatkan dan proyek peningkatan mutu. 
  •  Menetapkan tim proyek.
  •    Menyediakan tim dengan sumber daya, pelatihan, motivasi untuk mendiagnosa penyebab.
  • Merangsang perbaikan.
  • Mengadakan pengendalian agar tetap tercapai perolehan.
     Namun, untuk menyelesaikan masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan digunakan siklus PDCA. Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“.PDCA, singkatan bahasa Inggris dari ‘Plan, Do, Check, Act‘ (‘Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti’). Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu : 
     1. Perencanaan ( Plan )
Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakaisebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu :
  • Judul rencana kerja (topic).
  • Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem statement).
  • Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai (goal, objective, and target).
  • Kegiatan yang akan dilakukan (activities).
  •  Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels).
  •  Biaya yang diperlukan (budget).
  • Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).
    2. Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan. Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial, yaitu :
  • Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf terhadap cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan.
  • Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan cara penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan.
  • Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan cara penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan.
  • Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan.
     3. Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk mengetahui :
  • Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
  • Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan dengan baik
  • Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia.
Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang sering dipergunakan, yaitu :
               a.     Lembaran pemeriksaan (check list)
Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah: 
  • Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati.
  • Tetapkan jangka waktu pengamatan.
  • Lakukan perhitungan penyimpangan
                b.    Peta kontrol (control diagram)
Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya penyimpangan
yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah
  • Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum. 
  •  Tentukan prosentase penyimpangan.
  • Buat grafik penyimpangan.
  • Nilai grafik
     Perbaikan (Action)
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.
Pada umumnya untuk meningkatkan mutu pelayanan ada dua cara: 
  • Meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya, tenaga, biaya, peralatan, perlengkapan dan material 
  • Memperbaiki metode atau penerapan teknologi yang dipergunakan dalam kegiatan pelayanan.

“Pelayanan medis yang baik adalah praktek kedokteran (pengobatan) yang rasional yang berdasarkan ilmu pengetahuan, menekankan, memerlukan kerjasama yang cerdik (intilligent) antara pasien yang awam dan para praktisi yang ilmiah medis, memerlukan individu seutuhnya, mempertahankan hubungan pribadi yang akrab dan berkesinambungan antara dokter dan pasien, dikoordinasikan dengan pekerjaan kesejahteraan serta mencakup pelaksanaan semua pelayanan yang diperlukan dari ilmu kedokteran modern sesuai dengan kebutuhan semua orang.”


Referensi :


0 komentar on "Mutu Pelayanan Kebidanan"

Posting Komentar

Selasa, 12 Maret 2013

Mutu Pelayanan Kebidanan

  1. Definisi Mutu
Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa, yang di dalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna. Mutu merujuk pada tingkat kesempurnaan dalam memberikan kepuasan pada pengguna layanan (Din ISO 8402 ; 1986).
Mutu adalah tingkat dimana pelayanan kesehatan pasien mendekati hasil yang diharapkan dan mengurangi faktor-faktor yang tidak diinginkan (JCAHO ; 1993).
Mutu adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (Gaspersz ; 1997).
  1.  Pengertian Mutu Pelayanan Kebidanan
Mutu pelayanan berarti suatu empathi, respek dan tanggap akan kebutuhannya, pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan mereka diberikan dengan cara yang ramah pada waktu mereka berkunjung.
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga yang berkualitas.
Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang diberikannya dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga berkualitas, bahagia dan sejahtera.
Mutu pelayanan kebidanan adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kebidanan, yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi kebidanan yang telah ditetapkan.

  1. Pentingnya Mutu Pelayanan Kebidanan
Layanan kebidanan yang bermutu adalah suatu layanan kebidanan yang dibutuhkan, dalam hal ini akan ditentukan oleh profesi layanan kebidanan, dan sekaligus diinginkan baik oleh pasien/klien ataupun masyarakat serta terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Berdasarkan salah satu pengertian mutu sebelumnya, mutu pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Makin sempurna kepuasan klien, maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan. Dengan begitu, pasien/klien akan merasa nyaman dan akan menarik minat pasien/klien untuk datang kembali. Tidak hanya sampai di situ, didukung oleh faktor lingkungan, dengan mutu pelayanan yang baik akan menarik pasien/klien lebih banyak lagi untuk datang ke klinik atau tempat praktik milik kita. Mutu menekankan pada kepuasan. Kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingka penampilan atau outcome atau hasil yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang (Philip Kotler).
Berkaitan dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan bersifat subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Sekalipun pelayanan kebidanan telah memuaskan klien, tetapi masih banyak ditemukan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar profesi dan kode etik. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan pembatasan, yaitu:
a. Pembatasan pada derajat kepuasan pasien
Pengukuran kepuasan dilakukan tidak secara individual, tetapi yang dipakai adalah kepuasan rata-rata. Pelayanan kebidanan bermutu apabila dapat memuaskan rata-rata klien
b. Pembatasan pada upaya yang dilakukan
Pelayanan kebidanan yang menimbulkan kepuasan harus memenuhi kode etik dan standar pelayanan kebidanan.
Dalam lingkup yang luas, untuk mendapatkan kepuasan dari suatu mutu, dilakukan prosedur sebagai berikut :
1.   Perencanaan Mutu
Suatu mutu seharusnya direncanakan atau dirancang, yang terdiri atas tahap-tahap sebagai berikut :  
  • Menetapakan (Identifikasi) siapa pelanggan. 
  • Mengembangkan proses yang mampu menghasilkan keistimewaan produk.
  • Mengarahkan perencanaan ke kegiatan - kegiatan operasional.
2.   Pengendalian Mutu
Kontrol mutu adalah proses deteksi dan koreksi adanya penyimpangan atau perubahan segera setelah terjadi, sehingga mutu dapat dipertahankan. Langkah Kegiatan yang dikerjakan, antara lain :
  • Evaluasi kinerja dan kontrol produk.
  • Membandingkan kinerja aktual terhadap tujuan produk.
  • Bertindak terhadap perbedaan atau penyimpangan mutu yang ada.
3.   Peningkatan Mutu
Peningkatan mutu mencakup dua hal yaitu :
Fitness for use (mengurangi tingkat kecacatan) dan kesalahan Kegiatan-kegiatan peningkatan mutu :
  • Mengadakan infrastruktur yang diperlukan bagi upaya peningkatan mutu.
  • Identifikasi apa yang perlu ditingkatkan dan proyek peningkatan mutu. 
  •  Menetapkan tim proyek.
  •    Menyediakan tim dengan sumber daya, pelatihan, motivasi untuk mendiagnosa penyebab.
  • Merangsang perbaikan.
  • Mengadakan pengendalian agar tetap tercapai perolehan.
     Namun, untuk menyelesaikan masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan digunakan siklus PDCA. Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“.PDCA, singkatan bahasa Inggris dari ‘Plan, Do, Check, Act‘ (‘Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti’). Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu : 
     1. Perencanaan ( Plan )
Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakaisebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu :
  • Judul rencana kerja (topic).
  • Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem statement).
  • Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai (goal, objective, and target).
  • Kegiatan yang akan dilakukan (activities).
  •  Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels).
  •  Biaya yang diperlukan (budget).
  • Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).
    2. Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan. Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial, yaitu :
  • Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf terhadap cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan.
  • Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan cara penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan.
  • Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan cara penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan.
  • Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan.
     3. Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk mengetahui :
  • Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
  • Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan dengan baik
  • Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia.
Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang sering dipergunakan, yaitu :
               a.     Lembaran pemeriksaan (check list)
Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah: 
  • Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati.
  • Tetapkan jangka waktu pengamatan.
  • Lakukan perhitungan penyimpangan
                b.    Peta kontrol (control diagram)
Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya penyimpangan
yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah
  • Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum. 
  •  Tentukan prosentase penyimpangan.
  • Buat grafik penyimpangan.
  • Nilai grafik
     Perbaikan (Action)
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.
Pada umumnya untuk meningkatkan mutu pelayanan ada dua cara: 
  • Meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya, tenaga, biaya, peralatan, perlengkapan dan material 
  • Memperbaiki metode atau penerapan teknologi yang dipergunakan dalam kegiatan pelayanan.

“Pelayanan medis yang baik adalah praktek kedokteran (pengobatan) yang rasional yang berdasarkan ilmu pengetahuan, menekankan, memerlukan kerjasama yang cerdik (intilligent) antara pasien yang awam dan para praktisi yang ilmiah medis, memerlukan individu seutuhnya, mempertahankan hubungan pribadi yang akrab dan berkesinambungan antara dokter dan pasien, dikoordinasikan dengan pekerjaan kesejahteraan serta mencakup pelaksanaan semua pelayanan yang diperlukan dari ilmu kedokteran modern sesuai dengan kebutuhan semua orang.”


Referensi :


0 komentar:

Posting Komentar

 

when olive love popeye... Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal